Saturday, June 5, 2010

Berkunjung ke Kingdom of Butterfly

  Ingin melihat kecantikan aneka warna dan spesies kupu-kupu terbang bebas ? Datanglah ke Bantimurung di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah yang terletak sekitar 50 kilometer dari Kota Makasar atau 15 kilometer dari Kota Maros ini sangat cocok dijadikan tujuan wisata jika anda berkunjung ke Makassar. Inilah kisah yang ditulis kontributor Malang Post Diana Permana * saat berkunjung ke Bantimurung beberapa waktu lalu.

   Kawasan yang bisa ditempuh satu jam dari Makassar ini, merupakan kawasan wisata yang sangat cocok untuk berlibur bersama keluarga. Begitu memasuki Bantimurung, kita akan disambut gerbang miniatur kupu-kupu raksasa serta patung kera.
   Untuk memasuki area Bantimurung, Anda cukup membayar tiket masuk seharga Rp 5000 untuk dewasa dan Rp 4000 untuk anak-anak. Dengan harga itu kita bisa menikmati berbagai fasilitas yang ada. Seperti air terjun, museum kupu-kupu, danau dan goa-goa.
   Kawasan yang memiliki luasnya sekitar 24 hektare ini, selain dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi, juga terbuka akses untuk angkutan umum atau yang di sana disebut pete pete melalui kota Maros atau dapat di carter menuju lokasi obyek.
   Saat saya datang ke Desa Bantimurung, kesana pertama yang tertangkap adalah udara segar, petakan-petakan sawah yang indah berbatas langit, tebing-tebing curam yang terjal, hijaunya pegunungan yang elok, kupu-kupu yang beraneka ragam hingga air terjun dan goa-goa yang merupakan daya tarik utama pesona keindahan alam desa Bantimurung.
   Bagi yang terbiasa hidup di kota besar yang sesak, mengunjungi Bantimurung seperti menyembuhkan batin yang sedang murung.
   Orang Belanda yang sering datang ke Bantimurung memberikan julukan desa itu sebagai Kingdom of Butterfly. Karena dulunya Bantimurung adalah surga bagi ratusan spesies kupu-kupu bahkan dari spesies serangga langka sekalipun. Sayangnya menurut laporan terakhir, spesies kupu-kupu di Bantimurung berkurang secara signifikan setiap tahunnya.
   Penyebabnya bermacam-macam. Selain karena perburuan liar yang dilakukan warga sekitar demi memuaskan mata pengunjung dan menangguk rupiah dari setiap ekor kupu-kupu yang mereka awetkan, juga tentu saja karena terjadinya perubahan ekosistem pada habitat asli kupu-kupu itu.
Tingkat pencemaran udara yang terus meningkat tentu saja ikut berpengaruh pada menurunnya jumlah kupu-kupu di Bantimurung. Apalagi kupu-kupu adalah binatang yang sangat peka terhadap perubahan udara.
   Sesungguhnya, hati berasa miris melihat pedagang menangkapi kupu kupu kemudian mengawetkannya dan memamerkannya dalam bentuk gantungan kunci ataupun hiasan dinding dengan harga berkisar Rp 5000 –Rp 25 Ribu.
   Saat kita berkeliling, bisa menikmati aneka kupu-kupu terbang bebas dan binatang kera jenis Maccala Maura yang sudah langkah dan terkadang muncul secara tiba-tiba di area danau Toakala. Di museum istana kupu-kupu, kita juga bisa melihat proses penangkarannya. Di museum kupu-kupu terdapat kurang lebih 200 spesies kupu-kupu. Di antaranya spesies Papillo Androcles yang tergolong langka, Troides hypolitus, Troides helena, Troides halipron, Papilio adamanthis dan Chetosia myrana.(*)

(Malang-Post.com)

No comments:

Post a Comment