BELANDA atau lebih dikenal dengan nama Netherland memang tenar dengan kebebasan ngganja. Di negara dengan luasan sekitar 41,625 Km persegi dengan penduduk sekitar 16 ribu jiwa ini, ganja lebih bebas dihisap dan dijual belikan dibanding negara-negara Eropa lain. Namun kebebasan yang sudah ada itu dipandang belum cukup bagi penduduk setempat.
Pada 8 Mei lalu, komunitas ganja di Belanda merayakan hari kebebasan ganja (Cannabis Beverijdingdag) di taman Westerpark, bagian paling luar kota Amsterdam, Belanda. Seluruh pengguna, penghobi dan simpatisan pada kebebasan ganja diundang pada pesta terbuka yang berisi berbagai testimoni di panggung utama, pertunjukan musik, dan berbagai stand yang menyediakan makanan olahan ganja, serta tester berbagai jenis ganja untuk dihisap. Terlihat warga Belanda berbagai usia bebas menghisap ganja tanpa ada satupun polisi yang terlihat mengawasi lapangan rumput terbuka itu.
” Kami ingin menunjukkan pada warga bahwa kami juga manusia yang normal,” kata Derrick Bergman juru bicara setempat . Ia mengungkapkan, sejak dua tahun terakhir 8 Mei selalu diperingati sebagai hari kebebasan ganja.Saat itu sejumlah pembicara menyampaikan pesan untuk memilih partai mana saja yang pro dengan mereka.
Menurut Derrick, kebebasan yang diperoleh saat ini hanyalah sebagian saja. Pemerintah hanya mengeluarkan ijin bagi 600 pengusaha untuk mengelola coffee shop dengan kepemilikan maksimal 500 gram setiap coffee shop. Warga biasa dibolehkan memiliki maksimal lima batang pohon ganja di dalam rumahnya. Dan ijin untuk mendirikan coffee shop tak bisa diwariskan pada pihak lain.
”Karena resesi pemilik coffee shop banyak yang bangkrut dan menutup coffee shop mereka. Dari 600 coffee shop sudah berkurang hingga 200 tempat dan terbanyak berada di Amsterdam,” beber Derrick. Kini mereka berjuang agar aturan ganja bisa dibebaskan dengan penuh, menyusul beberapa jenis tumbuhan lain seperti opium dan heroin yang juga masuk dalam daftar perjuangan mereka.
Lokasi coffee shop sangat mudah dijumpai. Setiap kedai selalu bernama coffee shop dengan jelas. Ornamen daun ganja pun sudah terlihat disetiap etalase kaca. Harga yang ditawarkan memang relatif cukup mahal jika dibandingkan dengan harga minuman ber alkohol yang pada beberapa merk harganya bisa lebih murah dibanding harga setengah liter air mineral. Butiran biji ganja berbagai jenis di tawarkan mulai harga 6 Euro hingga puluhan Euro, atau minimal sekitar Rp 66.000 per porsinya. Pembeli bisa menghisap ganja sepuas mereka di dalam coffee shop atau bisa membawa pulang dengan berat tak lebih dari 5 gram. (*)
Mall Isi Barang Bekas
WARGA Belanda punya cara yang cukup unik dan berbeda untuk berhemat. Mereka tak segan berbelanja dan memborong barang bekas pakai milik tetangga mereka lainnya di pusat penjualan barang bekas yang didesain layaknya mall di Malang. Tradisi jual beli barang bekas pun menjadi tradisi nasional yang dibarengkan dengan perayaan hari besar negara mereka, konniginendag atau hari Ratu (Queens Day).
Pasar bekas sering disebut dengan Kringloop, proyek yang awalnya menyasar kelompok pelajar dan mahasiswa yang berbujet minim. Namun sejak krisis ekonomi terus menghantam Eropa, berbelanja di Kringloop seolah menjadi gaya hidup yang semakin populer selama tiga tahun terakhir. Salah satu Kringloop yang cukup besar, dekringlooper mengaku memiliki hingga 150 pekerja di setiap tokonya.
”Kami buka di empat kota, Wesp, Naarden, Hilversum dan Huizen,” kata Nanda Termaat, supervisor dekringloop Naarden, kepada Malang Post.
Jangan dibayangkan pasar bekas ini akan seperti di wilayah Boldy ataupun Comboran. Gedung Kringloop selalu lebih dari satu lantai. Barang yang dijual bervariasi mulai dari furniture, elektronik, berbagai perkakas pertukangan, peralatan dapur hingga baju, sepatu dan produk fashion lainnya.
Misalnya, harga seperangkat sofa kulit di label dengan harga super miring, yakni 16 Euro atau sekitar Rp 160000. Namun, tentu saja pembeli harus cermat memilih, belum tentu barang yang terlihat oke itu ternyata rusak seketika ketika dipakai.
”Seluruh barang kami jual murah karena barang-barang ini berasal dari sumbangan warga sendiri. Kadang mereka mengantar kesini kadang kami yang mengambil,” lanjut Termaat. Perbandingannya bisa 1:10 dari harga umum dengan harga Kringloop
Untuk menemukan mall sejenis dekringlooper, pembeli tak akan menemui kesulitan. Setiap toko Kringloop pasti memiliki simbol melingkar dan berwarna hijau, seperti dekringlooper dengan simbol jempol didalam pita hijau yang melingkar. Termaat menyebut ada ratusan Kringloop dari puluhan pengelola yang ada di seluruh Belanda.
Bahkan jika berada di Belanda pada 30 April, yaitu hari besar Ratu Belanda, queens day, seluruh kota di Belanda akan sibuk mengadakan bazar barang bekas untuk merayakan queens day. Jika di Malang,Hari Kemerdekaan RI selalu diisi dengan menggelar tikar untuk berbagi dan selametan (bari’an) di negeri Oranye ini warganya sibuk menggelar barang bekas mereka untuk jualan layaknya. Kota Amsterdam, Baren, Hilversum dan Bussum terkenal dibanding barang bekas kota lain. Sebab di kota ini dikenal sebagai kota elit tempat warga berada tinggal. (*)
TRANSPORTASI DI BELANDA:
- Rata-rata biaya transportasi antar kota Belanda antara 2 Euro hingga 14 Euro ( Rp 22.000 hingga Rp 144.000 dengan kurs Rp 11000 per 1 Euro).
- Bis dan kereta jauh lebih murah dibanding naik taksi dengan jadwal tetap dan tepat waktu.
- Lebih hemat berjalan kaki atau naik sepeda angin untuk jarak dekat.
- Biaya sewa sepeda angin sehari sekitar 5 Euro
- Biaya menginap per malam sekitar 50 Euro hingga 80 Euro
- Makan lebih murah di kantin universitas dengan harga rata-rata 3 Euro sekali makan
(@Malang Pos)
No comments:
Post a Comment