Saturday, July 17, 2010

Ilmu Pembersih Hati

  
  Ada sebait doa yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah SWT sebelum seseorang hendak belajar. Doa tersebut berbunyi "Allahumma manfa'ni bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni wazidnii ilman maa yanfa'unii. Dengan doa ini seorang hamba berharap dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermanfaat.
  Apakah hakikat ilmu yang bermanfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermanfaat apabilah mengandung nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam sekitarnya. Akan tetapi, manfaat tersebut menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan dengan Dzat Pemberi Ilmu, Allah SWT. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu pula di hadapan Allah SWT.
  Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya, "Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih." Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.
  Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis taklim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? Itu dikarenakan hatinya tidak dapat diterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar berbuat maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
  Padahal, kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas bersih yang di isi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi isi gelas. Maka usahakanlah ketika menimba ilmu, hati kita selalu dalam keadaan yang bersih. Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan segala urusan dunia dan hati yang tidak digunakan untuk mendzalimi sesama. Semakin hati bersih, kita akan semakin dibuat peka oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Dari manapun ilmu itu datangnya. Di samping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa keburukan.
  Sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang telah ada pada diri kita menjadi bermanfaat.
  Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Carilah ilmu yang bisa menjadi 'tawas'-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa manfaat.
  Mengapa demikian? Sebab, dalam mengkaji ilmu apapun, kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Sekiranya hati dalam keadaan busuk, jangan heran kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling shalih, dan menganggap orang lain sesat.
  Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya', takabur, dan sum'ah? Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena sebagian kecil dari setetes ilmu yang kita miliki. Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki sesungguhnya adalah titipan dari Allah, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya dari kita?
  Subhanallah! Mudah-mudahan kita diberikan kemudahan oleh Allah untuk mendapat ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih dekat kepada-Nya.
(rezekihalal.com)

No comments:

Post a Comment