Seorang ibumuda, Fatimah, sedang mengandung bayi kedua. Sebagaimana layaknya para ibu, Fatimah membantu Yahya, anak pertamanya yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Yahya senag sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya. Dan, karena Yahya suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di perut ibunya itu. Tampaknya, Yahya amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.
Tiba saatnya bagi Fatimah untuk melahirkan. Tapi, sungguh di luar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Yahya dilahirkan, seorang bayi putri yang cantik. Sayang kondisinya begitu buruk, sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Fatimah, "Bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi."
Fatimah dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Maha Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Allah SWT. Lain halnya dengan kakaknya, Yahya. Sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!
"Umi,...aku mau nyanyi buat adik kecil!" namun ibunya kurang tanggap. "Umi,...aku pengin nyanyi!" namun Fatimah terlalu larut dalam kesedihan dan kekhawatirannya. Yahya bahkan sambil meraung menangis. Fatimah tetap menganggap rengekan Yahya rengekan anak kecil. Lagipula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Yahya. Baik, setidaknya biar Yahya melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia dicegat oleh suster di depan pintu masuk kamar ICU.
"Anak kecil dilarang masuk!" Fatimah ragu-ragu, "Tapi, suster......". "Saya tidak mau tahu, ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!" Fatimah menatap tajam suster itu, lalu berkata, "Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Yahya tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Yahya melihat adiknya!" Suster terdiam menatap Yahya dan berkata, "Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!"
Demikianlah, kemudian Yahya dibungkus dengan pakaian khusus dan dibawa masuk ke ruangan ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakaratul maut. Yahya menatap lekat adiknya, lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring, ".....Kau adalah sinar matahari, satu-satunya sinar matahari, kau membuatku bahagia ketika langit yang abu-abu...." Ajaib! Si adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
"....Kamu tidak pernah tahu, sayang, berapa banyak aku mencintaimu. Tolong jangan mengambil sinar matahari pergi...." Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Fatimah dengan haru menatapnya dengan tajam dan berkata, "Terus,...terus Yahya! Teruskan sayang!" bisik ibunya. "...Malam, sayang, ketika aku tidur, aku bermimpi, aku memegang tanganmu...". Dan sang adik pun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur.
"...Aku akan selalu mencintaimu dan membuatmu bahagia, jika kita bisa bersama....". Sang adik kelihatan begitu tenang, sangat tenang. "Lagi sayang!" bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Yahya terus bernyanyi dan adiknya kelihatan semakin tenang, rileks, dan damai, lalu tertidur lelap. Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Yahya dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Suatu hari kemudian, si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib, dan Fatimah juga suaminya melihatnya sebagai Keajaiban dari Allah SWT.
(emotivasi)
No comments:
Post a Comment